Sumpah Pemuda Sebagai Titik Terang NKRI Kembali Seutuhnya

Sumpah Pemuda Sebagai Titik Terang NKRI Kembali Seutuhnya

0
BAGIKAN

Penulis : Ketua Umum PBMA, KH. Ahmad Syadeli Karim,Lc, Juga Merupakan Calon Anggota DPR-RI Dapil Banten 1 (Lebak-Pandeglang)

Banteninfo(opini),- Bahasan tentang idealisme dan realisme pendidikan politik dari sumpah pemuda, berarti mencari makna ide politik yang terkandung dalam sumpah pemuda dan sekaligus apa wujud pendidikan politik dari sumpah pemuda tersebut. Untuk mengungkap hal tersebut, di perlukan wacana bahasan tentang apa sebenarnya yang harus ada dalam politik itu sendiri, makna pemuda dan kenyataan dari ide yang di cetuskan para pemuda melalui Sumpah Pemuda.

Sumpah pemuda yang terjadi pada tahun 1928, masa penjajahan Belanda, berarti ada makna perjuangan pemuda sebagai anak bangsa Indonesia untuk mewujudkan cita-cita dan tujuan bangsanya melalui pernyataan, tekad, dan ikrar sumpah pemuda tersebut.

Latar belakang sejarah perjuangan khususnya pemuda melawan penjajahan menjelang kemerdekaan dan hasil yang di capai serta bagaimana perwujudan pasca kemerdekaan akan dapat menggambarkan kondisi yang terjadi pada generasi muda Indonesia. Apakah semangat integrasi dengan kesatuan tanah air, bangsa dan bahasa Indonesia untuk mewujudkan negara bangsa dan mengisinya senantiasa menjiwai pemuda dalam perjuangannya ?. Kemerdekaan Indonesia tidak lepas dari perjuangan pemuda, Banyak gerakan fisik maupun non fisik yang meletus di era penjajahan, tidak lain di pelopori oleh para pemuda. Seperti pemberontakan PKI tahun 1926, pemuda ikut andil besar dalam gerakan ini, seperti D.N Aidit, Sjam Kamaruzzaman dan lainnya.

Baca Juga :   HmI Komisariat Cirendeu Cabang Ciputat Gelar Aksi Bela Rakyat

Di zaman penjajahan, dogma agama sangat melekat di dalam pemikiran rakyat Indonesia. Rakyat Indonesia jauh dari silogisme, sehingga mereka  menganggap penjajah yang datang ke Indonesia sebagai nasib yang di turunkan oleh tuhan. Dengan dogma yang cukup melekat, rakyat Indonesia sering beranggapan “Kita tidak perlu melawan penjajah, kalau sudah saatnya pasti bakalan merdeka”.

Dengan kondisi seperti itu, bermunculan pemikir-pemikir radikal untuk membenturkan dan mendobrak dogma-dogma dengan pemikiran yang lebih logis, salah satunya Tan Malaka, di mana karyanya “MADILOG” masih gemerlang sampai saat ini. Masa kolonial, bangsa Indonesia memiliki nasib yang sama, nasib sama-sama di tindas oleh kolonial. Oleh karena itu, teori Dialektika sangat penting di tanam secara Idealisme dan Realisme di masa itu. Gerakan yang terjadi di masa kolonial seperti Pemberontakan Petani, peristiwa Bandung Lautan Api, Boedi Utomo dan lainnya sebagai bentuk perlawanan dan penolakan bangsa Indonesia terhadap penjajah.  Walaupun pada saat itu, setiap organisasi yang melakuakan konsolidasi sering di border oleh kolonial.

Pasca reformasi, gairah perpolitikan di Indonesia mulai berkembang lagi. Partai politik yang dulu tidak berdaya ketika berhadapan dengan penguasa mulai saat itu menampakan kekuatannya sebagai pengontrol jalannya kekuasaan. Sebenarnya gairah seperti itu pernah muncul di awal kemerdekaan sebagai buah dari revolusi panjang sebuah negara dalam melawan penindasan kolonial. Banyak partai politik yang berdiri membawa identitasnya masing-masing, menjadi suatu yang wajar jika perang ideologi terus berlangsung sampai sekarang. Konflik yang terjadi di Indonesia sekarang tidak lari dari kepentingan, khususnya partai politik itu sendiri. Konflik ini muncul karena adanya ambisi dan kepentingan-kepentingan berbeda saling bertemu, sehingga Kepentingan yang di maksud di sini adalah kepentingan untuk sgelintir kelompok saja (Partai Politk). Bukan kepentingan dari orang, kelompok, atau golongan-golongan yang ada dalam masyarakat.

Baca Juga :   HMB Jakarta Tuntut Airin Bersikap Netral

Dialektika di gunakan untuk strategi mencapai kekuasaan yang sebesar-besarnya. Kesalahan yang di lakukan lawan politiknya, menjadi celah empuk jalan adu domba, sehingga sering terjadi konflik dan perpecahan. Dengan peristiwa ini, saya dapat menyimpulkan bahwa Dialektika yang di maksud adalah adu domba seperti saat ini tidak akan menjadikan Indonesia menjadi negara yang utuh, melainkan menjadikan bangsa Indonesia yang pecah. Di hadapkan kepentingan-kepentingan yang berbeda, jalan apapun berani di lakukan demi menuju kemenangan, seperti adu domba, penyebaran berita hoax, bahkan lebih miris lagi agama menjadi kendaraan politik. Semoga di peringatan Sumpah Pemuda tahun ini, menjadi titik terang untuk kembali ke NKRI seutuhnya. (RB)

TINGGALKAN KOMENTAR