Sekolah Kristen Pertama di Banten

Sekolah Kristen Pertama di Banten

0
BAGIKAN
Foto: Ilustrasi sekolah Kristen di Banten / boombastis.com

oleh Jemmy Ibnu Suardi (Peneliti Mercusuar Institute)

Kolonialisme Belanda yang diawali dengan ekspansi ekonomi perusahaan dagang VOC, berhasil menguasai beberapa wilayah di Nusantara. Banten salah satunya, merupakan wilayah penting Belanda, setelah ditaklukan VOC sejak tahun 1683, pasca mangkatnya Sultan Ageng Tirtayasa.

Tahun 1800 menjadi penanda Pemerintah Belanda berkuasa di Banten, pasca ambruknya usaha dagang VOC karena skandal korupsi. Herman Willem Daendels yang ditunjuk menjadi Gubernur Jenderal Hindia Belanda yang paling meninggalkan kesan mendalam di Banten. Proyek infrastruktur jalan raya Anyer-Panarukan merenggut banyak nyawa rakyat Banten.

Politik etis Belanda yang seolah-olah ingin membalas kebaikan hati rakyat jajahan, menjadi momentum berdirinya banyak sekolah-sekolah modern ala Belanda. Banten tak lepas dari proyek Pembaratan melalui jalan pendidikan ini. Tercatat tahun 1854 berdiri sebuah sekolah di Banten. (Mufti Ali, Banten dan Pembaratan, hal: 13)

Baca Juga :   Al-Qur'an, Ramadan, dan Pesan Kemanusiaan

Mufti Ali, penulis buku “Banten dan Pembaratan” , menuturkan sekolah swasta untuk pribumi yang mula-mula berdiri di Banten adalah Sekolah Kristen di Jengkol, Tangerang (1854). Ini adalah sekolah pertama yang didirikan di Banten, dimana orang-orang pribumi adalah muridnya. (Mufti Ali, Banten dan Pembaratan, hal: 275)

Reesink, seorang tuan tanah partikelir Belanda dan dibantu oleh seorang mandor berkembangsaan Belanda-Jerman, Adolf Muhlnickel adalah sosok dibalik berdirinya Sekolah Kristen di Banten. Sekolah ini mengajarkan pelajaran membaca dan menulis huruf latin, bahasa Belanda. (Mufti Ali, Banten dan Pembaratan, hal: 55)

Sekolah yang memiliki kepentingan kaderisasi misionaris pribumi ini, berhasil melakukan Kristenisasi kepada Murid-muridnya. Alumni Sekolah Kristen Jengkol, banyak direkrut menjadi asisten misionaris untuk wilayah Cianjur, Sumedang, Batavia, Tasikmalaya dan Sukabumi. (Mufti Ali, Banten dan Pembaratan, hal : 275)

Baca Juga :   Internasionalisme Kesultanan Banten

TINGGALKAN KOMENTAR