Pelaksanaan Monitoring dan Evaluasi Penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) di Wilayah Kerja...

Pelaksanaan Monitoring dan Evaluasi Penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) di Wilayah Kerja Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Banten

0
BAGIKAN

Oleh : Agus N (Kasie PPA II B Kanwil DJPB Banten)

Latar Belakang

Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) hingga saat ini  masih merupakan salah satu sektor unggulan perekonomian Indonesia yang berkontribusi dalam penyerapan tenaga kerja, mengurangi angka kemiskinan, dan mendorong pertumbuhan ekonomi.

UMKM yang mampu bertahan dalam kondisi krisis ekonomi dan menjadi penyedia tenaga kerja terutama UMKM sektor padat karya yang memiliki multiple effect bagi daerah tempat UMKM menjalankan usaha.

Meskipun data-data UMKM telah terbukti berperan besar bagi perekonomian Indonesia namun bisnis UMKM masih menghadapi banyak kendala baik yang bersifat internal (modal, sdm, hukum dan akuntabilitas) maupun eksternal (iklim usaha, infrastruktur dan akses).

Tujuan dilaksanakannya program Kredit Usaha Rakyat antara lain adalah untuk meningkatkan dan memperluas akses pembiayaan kepada usaha produktif, meningkatkan kapasitas daya saing usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM), mendorong pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja sehingga mampu tumbuh menjadi usaha yang berkelanjutan dengan skala yang lebih besar dalam rangka mendukung kemandirian perekonomian nasional.

Monitoring adalah aktivitas yang ditujukan untuk memberikan informasi tentang sebab dan akibat dari suatu kebijakan yang sedang dilaksanakan dengan maksud dapat menjaga kebijakan yang sedang diimplementasikan sesuai tujuan dan sasaran.

Menemukan kesalahan sedini mungkin dapat mengurangi resiko yang lebih besar, menemukan potensi lebih awal dapat menjaga momentum untuk UMKM meningkatkan usahanya. Salah satu tugas Kantor Wilayah Ditjen Perbendaharaan adalah melakukan monitoring atas pelaksanaan kredit program di daerah dan Kredit Usaha Rakyat (KUR) merupakan satu jenis kredit program di daerah.

Tujuan dan Ruang Lingkup

Selama kurun waktu semester I tahun 2018 sampai dengan semester I tahun 2022, berdasar hasil responden debitur terdapat rata-rata peningkatan produktifitas usaha/omzet penjualan dan peningkatan keuntungan pada Semester I 2018, Semester II 2018 (Omzet, Keuntungan dan Tenaga Kerja meningkat), Semester I 2019 (Tenaga Kerja, Omzet dan Keuntungan naik), Semester II 2019 (Tenaga Kerja,Omzet dan Keuntungan naik Sebagian tetap).

Semester II 2020 (Pada masa pandemi, Responden Penerima KUR tetap menjalankan usaha lamanya meski harus mengurangi tenaga kerja atau mempekerjakan keluarga sendiri karena menurunnya omzet dan mengurangi jam kerja), Semester I 2021 ( peningkatan omzet/penjualan dan penambahan tenaga kerja meskipun sebagian besar baru menerima KUR untuk pertama kalinya.

Hal ini berarti sampai dengan semester I 2021 meski pandemi belum berakhir namun kegiatan ekonomi sudah mulai membaik ) Semester II 2021 (Tenaga Kerja,Omzet dan Keuntungan naik) Semester 1 2022 (Tenaga Kerja,Omzet dan Keuntungan naik) dan ada peningkatan cara penjualan secara online oleh debitur KUR, menunjukkan tren yang positif atau meningkat pada tahun 2018 dan 2019, menurun di Semester II tahun 2020 di masa pandemi, dan Kembali mengalami peningkatan di Semester I 2021 sampai dengan Semester I tahun 2022.

Untuk mendapatkan gambaran seberapa besar dampak program kredit usaha rakyat UMKM di lokasi survey wilayah kerja Kanwil DJPb Banten yaitu  pada jumlah tenaga kerja, produktivitas usaha/omzet penjualan dan keuntungan usaha, maka tujuan yang hendak dicapai pada tulisan ini yaitu mengetahui pelaksanaan penyaluran KUR dan pengaruhnya bagi UMKM di Wilayah Banten dari semester I tahun 2018 sampai dengan semester I tahun 2022.

Metode Analisis

Pada tulisan ini metode analisis yang digunakan adalah analisis kuantitatif deskriptif. Analisis deskriptif merupakan suatu metode analisis statistik yang bertujuan memberikan deskripsi atau gambaran mengenai subjek penelitian berdasarkan data variabel yang diperoleh dari kelompok subjek tertentu.

Data yang digunakan adalah data primer yang bersumber dari survey dan wawancara yang dilakukan dengan memberikan lembar kuesioner kepada objek monitoring dan evaluasi serta wawancara lebih lanjut untuk pendalaman sesuai topik monitoring dan evaluasi dan data sekunder adalah data dan laporan dari aplikasi Sistem Informasi Kredit Program (SIKP).

Data primer hasil survey yang digunakan adalah sektor usaha yang dijalankan responden dan peningkatan / penurunan usaha (jumlah aset, jumlah tenaga kerja dan keuntungan ) responden.

Data Sekunder dari aplikasi Sistem Informasi Kredit Program yang digunakan adalah realisasi penyaluran menurut wilayah, realisasi penyaluran menurut sektor ekonomi. Sektor ekonomi yang ada pada data SIKP wilayah Banten terdiri dari Sektor Ekonomi : 1. Pertanian, Perburuan dan kehutanan 2.Perikanan 3. Industri Pengolahan 4. Konstruksi 5. Perdagangan Besar dan Eceran 6. Penyediaan Akomodasi dan Penyediaan Makan 7. Transportasi, Pergudangan dan Komunikasi 8. Real Estate, Usaha Persewaan dan Jasa 9. Jasa Pendidikan 10. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 11. Jasa Kemasyarakatan, Sosial Budaya, Hiburan 12. Penerima Kredit Bukan Lapangan Usaha.

Perkembangan UMKM Wilayah Banten Semester I dan II Tahun 2018

  1. Realisasi Penyaluran KUR dan UMi berdasarkan Wilayah

Pada periode  semester I tahun 2018 Realisasi Penyaluran KUR dan UMi di Provinsi Banten menurut wilayah sampai dengan 30 Juni 2018, jumlah rupiah KUR dan UMi yang disalurkan paling besar disalurkan kepada para debitur yang berlokasi di Tangerang sebanyak 57,08 persen, yaitu Kabupaten Tangerang (22,01 persen) atau sebesar Rp203,79 miliar, Kota Tangerang (20,96 persen) atau sebesar Rp203,36 miliar dan Kota Tangerang Selatan (15,11 persen) atau sebesar Rp146,53 miliar.

Jumlah debitur, Kabupaten Tangerang sebanyak 6.121 debitur, disusul Kota Tangerang sebanyak 5.262 debitur dan Kabupaten Lebak sebanyak 4.523 debitur. Pada semester II tahun 2018 penyaluran jumlah KUR sebagian besar ada di Kota Tangerang (21,73 persen) atau sebesar Rp476,47 miliar kemudian Kabupaten Tangerang sebesar Rp446,59 miliar (20,37 persen) dan Kota Tangerang Selatan (15,19 persen) atau sebesar Rp333,18 miliar. Sedangkan bila dilihat dari jumlah debitur, debitur terbanyak di Kabupaten Tangerang sebanyak 14.904 debitur, disusul Kota Tangerang sebanyak 12.597 debitur dan Kabupaten Lebak sebanyak 11.833 debitur.

Komposisi debitur dan penyaluran KUR semester I dan II Tahun 2018 menurut sektor ekonomi

Realisasi Penyaluran KUR dan UMi (menurut Sektor Ekonomi) di Provinsi Banten Realisasi penyaluran KUR dan UMi di Provinsi Banten menurut sektor ekonomi sampai dengan 30 Juni 2018 sebanyak 89,89 persen disalurkan ketiga sektor yaitu 74,17 persen akad disalurkan ke sektor ekonomi Perdagangan Besar dan Eceran sebesar Rp719.102,- miliar Komposisi jumlah debitur KUR pada semester I tahun 2018 terdiri dari 24.789 debitur atau 81.89 persen dari seluruh jumlah debitur di Provinsi Banten. Sedangkan 11 sektor ekonomi lain hanya menyalurkan akad sebanyak 10,11% atau sebesar Rp98,13 miliar kepada 1.967 debitur.

Dampak KUR terhadap Responden

  • Semester I Tahun 2018, hasil monitoring dan evaluasi pelaksanaan program KUR terhadap produktifitas atau tingkat penjualan dan tingkat keuntungan debitur berdasarkan kuesioner menunjukkan peningkatan secara rata-rata peningkatan omset penjualan sebesar 73,83% sedangkan peningkatan keuntungan sebesar 38,06%, . Dari 30 responden yang disurvey, 24 responden menunjukkan peningkatan omset penjualan dan peningkatan keuntungan yang berbeda-beda, 6 responden tidak menunjukkan peningkatan omset penjualan/profit dan keuntungan. Diperoleh informasi penyebab tidak meningkat omset usaha dan keuntungan dikarenakan semakin banyaknya saingan dan penurunan daya beli masyarakat. Salah satu temuan dalam survey adalah ditemukan 1 debitur yang memiliki omset Rp50 Juta/hari, debitur tersebut merupakan pemasok sayur-mayur untuk pedagang di beberapa pasar. Hasil monitoring dan evaluasi pelaksanaan program KUR terhadap penyerapan tenaga kerja menunjukkan terjadi peningkatan penyerapan tenaga kerja sebanyak 8 orang yang terjadi 6 responden penerima KUR, 24 responden menjawab tidak terjadi kenaikan/penurunan jumlah tenaga kerja. Hal tersebut dapat dimaklumi karena bentuk usaha yang dijalankan masih berupa individu/perseorangan yang masih mampu dijalankan sendiri atau tidak menambah tenaga kerja.
  • Semester II Tahun 2018, Survei KUR kepada Debitur dilaksanakan terhadap 37 debitur di wilayah provinsi Banten. Hasil monitoring dan evaluasi pelaksanaan program KUR terhadap produktifitas atau tingkat penjualan dan tingkat keuntungan debitur berdasarkan kuesioner menunjukkan peningkatan secara rata-rata peningkatan omset penjualan sebesar 43,38% sedangkan peningkatan keuntungan sebesar 38,80%. Di semester II tahun 2018 peningkatan omset penjualan debitur KUR agak terhambat karena semakin banyak saingan usaha dan berkembangnya bisnis online yang belum begitu dikuasai oleh responden. Penyerapan tenaga kerja berdasarkan data kuesioner menunjukkan terjadi peningkatan penyerapan tenaga kerja sebanyak 19 orang yang terjadi 12 responden penerima KUR, 21 responden menjawab tetap dan 4 responden mengalami penurunan jumlah tenaga kerja.
Baca Juga :   Semangat Berbangsa Dalam Kekayaan NKRI
Perkembangan UMKM Wilayah Banten  Semester I dan II Tahun 2019
Realisasi Penyaluran KUR dan UMi berdasarkan Wilayah

Realisasi penyaluran KUR dan UMi sampai dengan 28 Juni 2019, sebagian besar disalurkan kepada para debitur yang berlokasi di Tangerang, yaitu Kota Tangerang 21,66 persen atau sebesar Rp288,38 miliar disusul Kabupaten Tangerang 19,95 persen atau sebesar Rp265,60 miliar dan Kota Tangerang Selatan 16,75 persen atau sebesar Rp222,97 miliar.

Realisasi penyaluran KUR sampai dengan 16 Desember 2019, sebagian besar disalurkan kepada para debitur yang berlokasi di Tangerang, yaitu Kota Tangerang 22,49 persen disusul Kabupaten Tangerang 20,71 persen dan Kota Tangerang Selatan 16,92 persen. Hal ini dimungkinkan karena masyarakatnya sudah lebih bankable dibanding wilayah lain dan merupakan kota terdekat dengan ibukota.

Komposisi debitur dan penyaluran KUR semester I dan II Tahun 2019 menurut sektor ekonomi

Realisasi penyaluran KUR dan UMi di Provinsi Banten menurut sektor ekonomi sampai dengan 28 Juni 2019 banyak disalurkan pada sektor ekonomi Perdagangan Besar dan Eceran sebesar Rp948,16 miliar atau 71,22 persen dari seluruh jumlah realisasi KUR di Provinsi Banten. Sektor ekonomi berikutnya yang menyerap KUR dan UMi adalah sektor penyediaan akomodasi dan penyediaan makanan sebanyak 11,66 persen atau sebesar Rp155,17 miliar, disusul sektor ekonomi Jasa Kemasyarakatan Sosial Budaya dan Hiburan sebanyak 6,98 persen atau sebesar Rp92,97 miliar.

Realisasi penyaluran KUR di Provinsi Banten menurut sektor ekonomi sampai dengan 16 Desember 2019 banyak disalurkan pada sektor ekonomi Perdagangan Besar dan Eceran sebesar Rp1.900,38 miliar atau 68,03 persen dari seluruh jumlah realisasi KUR di Provinsi Banten. Sektor ekonomi berikutnya yang menyerap KUR adalah sektor penyediaan akomodasi dan penyediaan makanan sebanyak 11,91 persen atau sebesar Rp332,57 miliar, disusul sektor ekonomi Jasa Kemasyarakatan Sosial Budaya dan Hiburan sebanyak 8,59 persen atau sebesar Rp239,94 miliar. Indusri Pengolahan hanya berkontribusi sebesar 5,12 persen.

  1. Dampak KUR terhadap Responden
  • Pada Semester I Tahun 2019 survei KUR kepada Debitur dilaksanakan terhadap 33 debitur di wilayah provinsi Banten mewakili populasi debitur KUR yang berdasarkan aplikasi SIKP berjumlah 36.522 debitur. Dengan demikian, responden pada kegiatan monev kali ini mewakili 0,09 persen dari total populasi debitur., Berdasarkan hasil survei, terdapat beberapa indikator peningkatan usaha yang dialami setelah mendapat KUR, antara lain : 32,43 persen responden mengakui adanya penambahan jumlah tenaga kerja. 56,76 persen tenaga kerja tetap dan sisanya turun 96,97 persen responden mengakui adanya kenaikan omzet, 96,97 persen responden mengakui adanya kenaikan keuntungan Peningkatan usaha responden setelah menerima KUR cenderung difokuskan pada penambahan asset/modal, namun tidak secara signifikan menambah tenaga kerja. Hal ini dimungkinkan karena responden merupakan usaha mikro dan kecil yang tidak memerlukan tenaga kerja yang banyak.
  • Survei KUR Semester II Tahun 2019 kepada Debitur dilaksanakan terhadap 36 debitur di wilayah provinsi Banten mewakili populasi debitur KUR yang berdasarkan aplikasi SIKP berjumlah 70.382 debitur. Dengan demikian, responden pada kegiatan monev kali ini mewakili 0,05 persen dari total populasi debitur. Peningkatan usaha bisa dilihat dari beberapa indikator antara lain peningkatan jumlah asset, keuntungan dan tenaga kerja. Berdasarkan hasil survei terhadap 36 responden debitur KUR dari penyalur Bank BRI, BNI dan Mandiri, sebagian responden mengakui ada penambahan tenaga kerja dan sebagian lagi jumlah tenaga kerjanya tetap. Dari jumlah omzet, hanya 1 responden yang mengaku omzetnya tetap sebelum dan sesudah mendapatkan KUR. Seiring dengan peningkatan omzet, sebagian besar responden mengaku keuntungan juga meningkat, kecuali 1 responden yang mengaku keuntungannya tetap.

Perkembangan UMKM Wilayah Banten Semester I dan II Tahun 2020

Realisasi Penyaluran KUR dan UMi berdasarkan Wilayah

Realisasi penyaluran KUR dan Pembiayaan Ultra Mikro (UMi) di Provinsi Banten berdasarkan data SIKP sampai dengan 14 Desember 2020 sebesar Rp3,36 triliun yang tersebar pada 117.897 debitur. Penyaluran KUR dan UMi sampai dengan 14 Desember 2020, sebagian besar disalurkan di Kabupaten Tangerang dengan nilai kredit tertinggi dan jumlah debitur terbanyak dibanding wilayah lain.

  1. Komposisi debitur dan penyaluran KUR semester I dan II Tahun 2020 menurut sektor ekonomi
  • Periode semester I Tahun 2020 realisasi penyaluran KUR dan UMi di wilayah Provinsi Banten menurut sektor ekonomi banyak disalurkan pada sektor ekonomi Perdagangan Besar dan Eceran sebesar Rp904,704 miliar atau 64,816 persen kepada 36.911 debitur dari seluruh jumlah realisasi KUR di Provinsi Banten. Sektor Jasa Kemasyarakatan Sosial Budaya dan Hiburan dan perorangan lainnya Rp133,469 miliar (9,56 persen) untuk 3.493 debitur, Sektor Industri Pengolahan Rp130,268 miliar (9,33 persen) kepada 3.410 debitur dan Sektor penyediaan akomodasi dan penyediaan makanan Rp114,986 miliar (8,24 persen) kepada 1.966 debitur.
  • Semester II Tahun 2020, Realisasi penyaluran KUR dan UMi di Provinsi Banten menurut sektor ekonomi sampai dengan 14 Desember 2020 banyak disalurkan pada sektor ekonomi Perdagangan Besar dan Eceran sebesar Rp2,13 triliun miliar atau 63,47 persen dari seluruh jumlah realisasi KUR di Provinsi Banten. Sektor penyediaan akomodasi dan penyediaan makanan dan sektor ekonomi Jasa Kemasyarakatan Sosial Budaya dan Hiburan masing-masing hanya sebesar 10,22 persen dan 9,21 persen.
  1. Dampak KUR terhadap Responden
  • Semester I tahun 2020 monitoring dan evaluasi kredit program KUR tidak dilaksanaan karena kondisi pada semester I tahun 2020 penyebaran pandemi Covid-19 begitu masif dan mempertimbangkan arahan Menteri Keuangan tentang upaya pencegahan penyebaran covid-19. (Nota Dinas Direktur Sistem Manajemen Investasi Nomor ND-351/PB.4/2020 tanggal 06 April 2020 hal Tindak Lanjut Pencegahan Penyebaran COVID-19 dalam Pelaksanaan Monitoring dan Evaluasi KUR).
  • Semester II tahun 2020 pada masa pandemi covid-19 , Pemerintah melalui Komite Kebijakan Pembiayaan bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) menetapkan skema baru Kredit Usaha Rakyat (KUR) yaitu KUR Super Mikro pada Agustus lalu yang ditujukan untuk pekerja yang terkena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) atau Ibu Rumah Tangga yang menjalankan usaha produktif. Suku bunga KUR Super Mikro ditetapkan sebesar 0% sampai dengan 31 Desember 2020 dan 6% setelah 31 Desember 2020 dengan jumlah kredit maksimum Rp10 juta. Sesuai lampiran Nota Dinas Direktur Manajemen Investasi No. ND-938/PB.04/2020, survei KUR di wilayah Banten dilaksanakan terhadap 20 debitur dari Bank BRI, Bank Mandiri dan Bank BNI yang mewakili populasi debitur KUR yang berdasarkan aplikasi SIKP berjumlah 117.897 debitur. Namun dari 20 responden terdapat 3 debitur yang sudah lunas, sehingga survei dilaksanakan kepada 17 responden. Dengan demikian, responden pada kegiatan monev kali ini mewakili 0,01 persen dari total populasi debitur.

Perkembangan UMKM Wilayah Banten  Semester I dan II Tahun 2021

  1. Realisasi Penyaluran KUR dan UMi berdasarkan Wilayah

Penyaluran KUR dan Umi semester I tahun 2021, sebagian besar disalurkan di Kabupaten Tangerang dengan nilai kredit tertinggi dan jumlah debitur terbanyak dibanding wilayah lain, Jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2020 maka realisasi penyaluran KUR UMi naik secara signifikan yaitu sebesar Rp1,153 triliun atau 82,60 persen terutama di wilayah Kabupaten Tangerang, Kota Tangerang dan Kota Tangerang Selatan.

Penyaluran KUR dan UMi Semester II 2021, sebagian besar disalurkan di Kabupaten Tangerang sebesar Rp843,151 miliar (25,01 persen dari total penyaluran untuk 18.629 debitur, diikuti Kota Tangerang Rp700,638 miliar (20,78 persen) untuk 13.315 debitur dan Kota Tangerang Selatan sebesar Rp491,903 miliar (14,59 persen) untuk 9.909 debitur.

  1. Komposisi debitur dan penyaluran KUR semester I dan II Tahun 2021 menurut sektor ekonomi

Realisasi penyaluran KUR dan UMi di Provinsi Banten menurut sektor ekonomi sampai dengan Semester I 2021 terbanyak disalurkan pada sektor Perdagangan. Besar dan Eceran sebesar Rp1,52 triliun atau 63,36 persen dari keseluruhan realisasi dengan rata-rata Rp33,11 juta per debitur. Sektor penyediaan akomodasi dan penyediaan makanan dan sektor ekonomi Jasa Kemasyarakatan Sosial Budaya, Hiburan dan Perorangan Lainnya masing-masing hanya sebesar 11,58 persen dan 9,01 persen.

Baca Juga :   MENELISIK RENDAHNYA REALISASI DAK FISIK TAHAP I 2022 DI BANTEN *

Realisasi penyaluran KUR dan UMi di Provinsi Banten menurut sektor ekonomi pada Semester II 2021 terbanyak disalurkan pada sektor Perdagangan Besar dan Eceran sebesar Rp2,195 triliun atau 65,11 persen dari total realisasi di Semester II 2021.

  1. Dampak KUR terhadap Responden
  • Pada Semester I tahun 2021 survey dilaksanakan terhadap 46 Responden debitur KUR. Perkembangan Omzet dan tenaga kerja Sebagian besar responden mengaku omzet nya meningkat setelah mendapat KUR dengan besaran antara Rp2 juta sampai dengan Rp252 juta. 7 responden Omzetnya tetap 1 responden mengaku omzetnya turun Sebagian besar tenaga kerja bertambah diakui oleh 25 responden, 20 responden tetap, dan 1 responden terpaksa mengurangi tenaga kerjanya. Berdasarkan hasil survey di atas dapat disimpulkan peningkatan usaha yang dialami responden sebelum dan sesudah menerima KUR yaitu adanya peningkatan omzet/penjualan dan penambahan tenaga kerja meskipun sebagian besar baru menerima KUR untuk pertama kalinya. Hal ini berarti sampai dengan semester I 2021 meski pandemi belum berakhir namun kegiatan ekonomi sudah mulai membaik.
  • Berdasarkan hasil survey terhadap 32 responden di Semester II Tahun 2021, dampak penyaluran menurut responden adalah sebagai berikut: Sebanyak 25 responden (78 persen) menyatakan omzetnya meningkat (rentang 500 ribu s.d. 120 juta) dan 7 responden (22 persen) menyatakan omzetnya tetap. Sebanyak 11 responden (34 persen) menyatakan jumlah tenaga kerja meningkat (rentang 1 s.d. 5 tenaga kerja) dan 21 responden (63 persen) menyatakan jumlah tenaga kerja tetap. Sebanyak 26 responden (81 persen) menyatakan bahwa jumlah profit/keuntungan meningkat ( rentang 500 ribu s.d. 28 juta) dan 6 responden (19 persen) menyatakan jumlah profit/keuntungan tetap.

Perkembangan UMKM Wilayah Banten  Semester I Tahun 2022

  1. Realisasi Penyaluran KUR dan UMi berdasarkan Wilayah

Penyaluran KUR Semester I Tahun 2022 sebesar Rp3,84 triliun untuk 66.568 debitur. Berdasarkan wilayah tertinggi disalurkan di Kabupaten Tangerang sebesar Rp973,71 miliar (25,38 persen dari total penyaluran) untuk 15.437 debitur, diikuti Kota Tangerang Rp789,90 miliar (20,59 persen) untuk 11.689 debitur dan Kota Tangerang Selatan sebesar Rp562,36 miliar (14,66 persen) untuk 7,642 debitur.

Penyaluran KUR semester I Tahun 2022 mengalami kenaikan dari periode yang sama tahun 2021 di seluruh wilayah Kabupaten/Kota Banten yaitu sebesar 54,93 persen. Penyaluran KUR Semester I Tahun 2022 tertinggi di bulan Maret 2022 dengan penyaluran sebesar Rp795,23 miliar (20,73 persen dari total penyaluran Smt I Tahun 2022) untuk 13.811 debitur, dan penyaluran terendah pada bulan Mei 2022 sebesar Rp417,09 miliar (10,87 persen) untuk 7.938 debitur.

  1. Komposisi debitur dan penyaluran KUR semester I Tahun 2022 menurut sektor ekonomi

Realisasi penyaluran KUR di Provinsi Banten menurut sektor ekonomi periode Semester I 2022 terbanyak disalurkan pada sektor Perdagangan Besar dan Eceran sebesar Rp2,39 triliun atau 62,28 persen dari total penyaluran

semester I tahun 2022 untuk 44.755 debitur. Diikuti Sektor penyediaan akomodasi dan penyediaan makan minum sebesar Rp0,36 triliun (9,46 persen) untuk 4.908 debitur, sektor Jasa Kemasyarakatan Sosial Budaya, Hiburan dan Perorangan Lainnya sebesar Rp0,36 triliun (9,37 persen) untuk 5.601 debitur, dan Sektor Industri pengolahan sebesar Rp0,34 triliun untuk 6.305 debitur serta 10 sektor lainnya sebesar Rp0,38 triliun untuk 4.999 debitur. Dibandingkan periode yang sama tahun 2021, semua sektor mengalami peningkatan khususnya sektor Perdagangan Besar dan Eceran sebagai sektor terbesar mengalami peningkatan 53,16 persen, demikian juga dengan sektor-sektor lainnya.

  1. Dampak KUR terhadap Responden

Survei Semester I Tahun 2022 dilaksanakan terhadap 54 responden terdiri dari debitur BRI sebanyak 15 responden, BSI (15 responden), BNI (16 responden) dan Bank Mandiri sebanyak 8 responden.

  • Berdasarkan hasil survei debitur KUR, Jumlah omzet setelah menjadi Debitur KUR meningkat dari semula omzet berkisar s.d. Rp10 Juta hingga Rp500 Juta, setelah menjadi debitur KUR meningkat lebih dari Rp500 Juta. Adapun peningkatan Omzet KUR pada kategori omzet diatas Rp10 Juta s.d. Rp50 Juta sebanyak 19 responden ( naik 19 persen dibanding omzet sebelum KUR), kategori diatas Rp100 Juta s.d. Rp500 Juta sebanyak 18 responden (naik 20 persen) dan peningkatan omzet diatas Rp500 Juta sebanyak 1 responden.
  • Peningkatan Profit KUR terdapat pada kategori profit diatas Rp20 Juta s.d. Rp50 Juta sebanyak 19 responden ( naik 38 persen dibanding profit sebelum KUR), dan peningkatan profit diatas Rp50 Juta sebanyak 2 responden, dimana sebelum menjadi debitur KUR, profit tertinggi mencapai Rp50 Juta. Hal ini menunjukkan pertumbuhan yang positif dengan semakin meningkatnya jumlah profit yang diterima debitur.
  • Jumlah tenaga kerja dari 54 responden mengalami peningkatan sebesar 23 persen dari semula berjumlah 104 tenaga kerja menjadi 128 tenaga kerja. Peningkatan terdapat pada kategori 3 tenaga kerja sebanyak 10 responden (meningkat 25 persen), 4 tenaga kerja sebanyak 6 responden (meningkat 50 persen), 5 tenaga kerja sebanyak 6 responden (meningkat 100 persen) dan 7 tenaga kerja sebanyak 3 responden (meningkat 50 persen). Hal ini menunjukkan bahwa setelah adanya KUR berdampak positif seiring dengan meningkatnya jumlah tenaga kerja yang diperlukan debitur KUR.

Kesimpulan

Pelaksanaan program KUR berdampak positif terhadap peningkatan tingkat penjualan (omset) dan profit/keuntungan debitur KUR dimana secara umum, responden menunjukkan peningkatan omset penjualan dan peningkatan keuntungan yang berbeda-beda, sebagian responden tidak menunjukkan peningkatan omset penjualan/profit.  Peningkatan usaha responden setelah menerima KUR cenderung difokuskan pada penambahan asset/modal, namun tidak secara signifikan menambah tenaga kerja. Hal ini dimungkinkan karena responden merupakan usaha mikro dan kecil yang tidak memerlukan tenaga kerja yang banyak.

Penyaluran KUR dan UMi di wilayah Banten sebagian besar disalurkan di Kabupaten Tangerang, pada sektor ekonomi Perdagangan Besar dan Eceran.  Dalam rangka mendorong percepatan pemulihan ekonomi melalui percepatan pemulihan usaha Penerima KUR, Pemerintah menetapkan skema KUR Supermi suku bunga 0% sampai dengan 31 Desember 2020 dan 6% setelah 31 Desember 2020 dengan jumlah kredit maksimum Rp10 juta.

Pemerintah juga menetapkan relaksasi pinjaman KUR dan tambahan subsidi bunga KUR dari yang sebelumnya sebesar 6% selama 3 bulan pertama dan 3% selama 3 bulan berikutnya, menjadi sebesar 6% sampai dengan Desember 2020. Sebagai akibat dari dampak pendemi Covid-19, sebagian besar responden tidak menambah jumlah tenaga kerjanya, Omzet/penjualan sebagian besar turun karena adanya pembatasan sosial berskala besar yang membatasi pergerakan masyarakat, pembatasan jam layanan, pembatasan kerumunan yang tentunya sangat berpengaruh terhadap kegiatan ekonomi.

Pada masa pandemi, Responden Penerima KUR tetap menjalankan usaha lamanya meski harus mengurangi tenaga kerja atau mempekerjakan keluarga sendiri karena menurunnya omzet dan mengurangi jam kerja.

Pada masa pandemi, Responden Penerima KUR tetap menjalankan usaha lamanya meski harus mengurangi tenaga kerja atau mempekerjakan keluarga sendiri karena menurunnya omzet dan mengurangi jam kerja.

Dalam rangka mendorong percepatan pemulihan ekonomi, terdapat beberapa perubahan kebijakan KUR yang akan berlaku sejak 1 Juli 2021, diantaranya: a) Perubahan skema KUR tanpa jaminan dari sampai dengan Rp50 juta menjadi sampai dengan Rp100 juta. Skema KUR tetap, namun untuk skema KUR Kecil ditambahkan ketentuan nilai KUR tanpa jaminan hingga Rp100 juta; b) Penerima KUR Kecil dapat menjadi peserta BPJS Ketenagakerjaan. Hal tersebut untuk menindaklanjuti Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2021 tentang Optimalisasi Pelaksanaan Program Jaminan Sosial Ketenagakerjaan; c) Pengaturan Penerima KUR yang bersamaan dengan kredit lain; d) Penambahan ketentuan KUR Khusus untuk industri UMKM, atau komoditas sektor produktif lain yang bisa dikembangkan menjadi KUR khusus. Ketentuan sebelumnya KUR khusus hanya untuk komoditas perkebunan rakyat, peternakan rakyat dan perikanan rakyat.

Penyebaran penyaluran KUR belum merata di wilayah Banten, perlu adanya sosialisasi yang lebih masif dan sinergi yang baik antara Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah dan penyalur, sehingga kebijakan Pemerintah khususnya terkait Kredit Program menjadi tepat sasaran.

TINGGALKAN KOMENTAR